The Power of Love

Kamis, Januari 10, 2013 Unknown 0 Comments


Pagi gan..
          Kali ini ane mau sharing tentang cinta gan.. J, tapi agak serius ini bahasanya gan. Soalnya tulisan ane ini emang ane tulis buat artikel jum’at dan udah terbit di artikel al-Lu’lu (artikel Jum’at Pesantren UII) gan. Ane terbitin di sini lagi, soalnya kan sekarang lagi booming tentang film Cinta tapi beda-nya Hanung itu, film yang (katanya uni fahira Idris) menuhankan cinta manusia gan, tanpa pernah menyinggung tentang cinta kepada Tuhan. Jadi ya, ada hubungannya lah sedikit-sedikit sama artikel yang pernah ane tulis ini gan. Monggo langsung aja gan.. ditunggu komennya ya.. hehe.

SEMUA KARENA CINTA
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS: al-Baqarah: 165)

Apa itu Cinta?
          Kata “cinta” bagi kebanyakan orang adalah sebuah kata sakral. Sebuah kata yang sulit untuk didefinisikan dan juga sebuah kata yang apabila dirasakan dengan setulus hati, dapat membuat perbedaan yang sangat kentara bagi orang yang sedang merasakannya.

          Ketika mendengar kata magis tersebut, mungkin yang terlintas bagi kebanyakan orang adalah tentang cinta terhadap lawan jenis. Seperti kisah cintanya Adam dan Hawa, Romeo dan Juliet, Laila Majnun, atau kisah cinta Rama dan Shinta yang terkenal dalam dunia perwayangan. Hal itupun tidak sepenuhnya salah, sebab cinta memang banyak jenisnya dan cinta yang demikian itu merupakan anugerah dan sunnatullah yang telah diberikan oleh Sang Maha Cinta, agar manusia dapat hidup saling menghargai, menyayangi, mengasihi, dan mencintai.
          Sebelum berbicara lebih banyak, marilah kita pahami terlebih dahulu arti dari kata sakral tersebut. Cinta menurut KBBI yaitu: suka sekali; sayang benar; dan kasih sekali. Cinta juga dapat diartikan sebagai sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/ kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut. (Wikipedia Bahasa Indonesia)
          Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipahami dan diambil kesimpulan bahwa, apabila ada orang yang sedang jatuh cinta, maka ia akan memberikan perhatian, pengorbanan diri, dan mau melakukan apapun demi orang/ objek yang dicintainya.
Hidup Di Atas Cinta
          Di dunia ini, setiap orang pasti pernah merasakan kesukaan dan kedukaannya dalam mengarungi samudera kehidupan. Hal tersebut adalah lumrah, dikarenakan Allah memang menjadikan dunia ini sebagai tempat audisi agar manusia menjadi mulia, yang di dalam al-Qur’an dikatakan bahwa orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertakwa (QS. Al-Hujurat: 13).
          Untuk menjadi orang yang bertakwa, manusia harus melewati berbagai tahapan audisi atau tingkatan ujian sehingga pada akhirnya ia dapat mencapai maqȃm (tingkatan) yang tinggi. Ujian tersebut tidak mudah memang, sebab kalau mudah sudah barang tentu setiap orang telah menjadi orang yang bertakwa.
          Ketika Allah SWT memberikan ujian kepada manusia, sudah seharusnyalah kita menganggapnya sebagai anugerah nyata yang telah Allah berikan. Karena ujian tersebut semata-mata Allah berikan untuk mengetahui kebesaran cinta hamba kepada Tuhannya. Ujian yang Allah berikan adalah hakikat kehidupan yang pasti dialami oleh setiap hambanya. Para Nabi-pun yang notabene adalah manusia pilihan, tidak terlepas dari yang namanya ujian. Sehingga ketika ia telah berhasil melewatinya maka ia mendapatkan gelar sebagai Ulul Azmi. Itulah hasil akhir setelah melewati ujian yang Allah berikan, yang pada akhirnya mereka rasakan manisnya hasil pengorbanan dalam menggapai cinta Ilahi. 
          Sejatinya, apabila dipahami bahwa setiap ujian yang diberikan adalah bentuk cinta Allah kepada hambanya, maka dapat dipastikan kita akan melewati ujian tersebut dengan hati yang suci. Sebab setiap hal yang telah dilandasi cinta, maka cinta itu akan menutupi kesusahan dan kesulitan yang menyertainya. Sebagai contoh, dapat kita ketahui dan kita sepakati bersama bahwa yang namanya “pukulan” (dalam bentuk fisik) itu pasti rasanya sakit dan bahkan hal tersebut bisa dianggap sebagai tindak kekerasan. Akan tetapi, apabila yang memukul itu adalah orang yang sudah memiliki tautan hati yakni pukulan yang dilandasi oleh cinta, misalnya pacar atau teman dekat, maka pukulan tersebut tidak terasa sakit dan malah akan terasa nikmat. Sebab yang dirasakan bukanlah rasa sakitnya lagi, melainkan sudah menuju ke tingkatan yang lebih tinggi yaitu arti atau makna tersirat dari pukulan tersebut.
          Begitupun halnya apabila kita mampu menjalani ujian yang Allah berikan dengan penuh perasaan cinta, maka kita akan dapat melewatinya dengan tanpa perasaan putus asa, marah, benci, dan lain sebagainya. Karena kita telah sadar bahwa inilah salah satu cara untuk mendapatkan cinta dari Sang Pemberi Cinta.
Ketika Virus Cinta Melanda
          Sama halnya dengan perkara yang lain, cinta memiliki tanda-tanda tertentu bagi yang sedang  mengalaminya. Tanda-tanda yang darinya dapat diketahui apakah kita memang benar-benar mencintainya atau hanya cinta-cintaan yang dipenuhi hawa nafsu belaka. Pertama, bagi orang yang sedang jatuh cinta maka ia akan selalu menyebut obyek yang sedang dicintainya tersebut. Dikatakan bahwasanya man ahabba syai’an katsura dzikruhu (siapa yang mencintai sesuatu maka ia akan banyak menyebut sesuatu tersebut). Kepada manusia, ketika kita mencintainya maka kita akan memikirkannya tiada henti. Pagi, siang, dan malam kita selalu mengingat dan menyebut orang yang kita cintai tersebut. Kemudian, apabila kita telah sungguh-sungguh mencintai Allah, maka salah satu tandanya bahwa kita haruslah menyebut-Nya setiap saat dan setiap waktu. Di manapun dan kapanpun kita berada. Sebab kalau kita telah mencintai-Nya dengan sepenuh hati, maka kita akan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap langkah kehidupan yang kita lalui.
          Kedua, mencontoh pribadi orang yang dicintai. Di dunia ini, banyak orang yang rela merubah gaya hidupnya agar dapat menjadi sosok yang dicintainya. Di Indonesia saja tidak sedikit orang yang berusaha meniru gaya dan tingkah laku tokoh idolanya demi menunjukkan kebesaran cintanya, terutama tokoh dalam dunia infotainment (hiburan). Akan tetapi sebagai umat Islam, aplikasi cinta yang patut dilakukan adalah meniru tingkah laku Nabi SAW sebagai kekasih Allah. Di dalam al-Qur’an dikatakan, “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (al-Imran: 31). Kalau memang benar-benar mencintai beliau, maka dengan sendirinya kita akan berupaya meniru tingkah laku yang biasa dilakukannya. Karena cinta akan membuat hati merasa belum puas apabila tidak bisa meniru orang yang kita cintai.
          Ketiga, tanda yang dapat dilihat dari orang yang benar-benar mencintai sesuatu adalah rela berkorban demi cintanya. Demi mendapatkan cinta, orang rela melakukan apa saja agar dapat menyenangkan hati orang yang dicintainya. Ia rela melakukan apa saja demi membuktikan bahwa ia memang mencintainya dan berhak mendapatkan cintanya. Sehingga bagi muslim, apabila ia mencintai Allah maka ia akan melakukan apa saja demi mendapatkan cinta-Nya. Ia rela berkorban dengan sepenuh hati agar cahaya cinta Ilahi mau menerangi hatinya.
Penutup
          Dari tanda-tanda tersebut, kita sudah dapat mengukur sendiri kadar cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Apakah kita telah benar-benar mencintai-Nya dengan sepenuh hati atau hanya cinta yang terucap di mulut tanpa ada rasa apapun di dalam hati.
          Tak jarang orang mengaku mencintai Allah dan sering orang mengatakan mencintai Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa ada bukti yang diberikan, sebagaimana seorang Arjuna yang mengembara, menyeberangi lautan yang luas, dan mendaki puncak gunung yang tinggi demi mendapatkan cinta seorang pujaan hati.
          Di saat Allah menguji cintanya, dengan memisahkannya dari apa yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa menerimanya. Di saat Allah memisahkan seorang gadis dari calon suaminya, tak jarang gadis itu langsung lemah dan terbaring sakit. Di saat seorang suami yang istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang suami pun tak punya gairah dalam hidup. Di saat harta yang dimiliki hangus terbakar, banyak orang yang hijrah kerumah sakit jiwa. Semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba pada-Nya. Allah menginginkan bukti, namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya. Justru sering berguguran cintanya pada Allah, di saat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya. Akhirnya, semoga kita termasuk kepada orang yang benar-benar mencintai Allah dengan sebenarnya cinta. Amȋn.
Ahmad Muflihin
Mahasiswa Pend. Agama Islam Angkatan 2008,

You Might Also Like