Pengertian, misi, peluang, dan tantangan dakwah

Sabtu, Juni 19, 2010 Unknown 0 Comments

PENDAHULUAN

Di dalam QS. An-Nahl: 125 Allah SWT telah memberikan petunjuk bagi para da’i sebagai pengemban amanat risalah Nabi agar selalu memperhatikan situasi dan kondisi (human oriented) obyek dakwahnya. Pendekatan tersebut dimaksudkan agar dakwah dapat memberikan output bagi mad’unya ke jalan yang baik demi kebahagiaan dunia dan akhirat.
Apabila kita cermati dan renungkan bersama, tentang konteks dan konsep dakwah Rasulullah Muhammad SAW dalam mengemban misinya yang sukses dan gemilang hanya cukup 23 tahun, maka secara sosiologis dakwah Rasulullah memiliki tiga tingkatan konsep. Pertama, dakwah bersifat rethorika atau tabligh, yaitu sebatas menyampaikan pesan kepada umat manusia. Kedua, Rasulullah dengan dakwahnya berusaha menanamkan dan mewujudkan nilai-nilai Islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Ketiga, dakwah membentuk masyarakat Islam dalam semua segi kehidupan umat manusia.
Oleh karena itu, secara esensial dakwah haruslah terstruktur sedemikian rupa, agar memiliki penahan dan pelindung untuk mensyiarkannya. Dakwah inilah yang dimaksud dengan dakwah struktural. Hal ini dibuktikan oleh Rasulullah ketika setelah hijrah di Madinah dengan membangun sebuah system jaringan yang kuat, dakwah yang cepat diterima di kalangan masyarakat di Jazirah Arabia maupun di luar Jazirah Arabia.
Memperhatikan hal di atas, kiranya dapat menjadi sumber acuan dan kerangka inspirasi bagi para da’i sebagai penyambung risalah Nabi dan sebagai agent of change di tengah masyarakat. Dakwah tidak bisa dilepaskan dari sumber yang utama yaitu al-Qur’an sebagai kitab dakwah, Sunnah Rasul sebagai contoh operasionalnya, dan ijtihad para shohibul dakwah sebagai mesin penggerak kontekstualisasi solusi problem keutamaan dalam menghadapi manusia sebagai obyek dakwah. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan menjelaskan lebih rinci mengenai gagasan visi dan misi dakwah serta mencermati peluang dan tantang dakwah dulu, kini, dan akan datang. Sebab tanpa visi dan misi yang jelas maka dakwah hanya akan hilang seiring perubahan zaman.
PEMBAHASAN
Pengertian
Kata dakwah secara etimologis merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a - yad'u yang berarti panggilan, seruan, atau ajakan. Sedangkan secara terminologis, dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis faedah, syari'at dan akhlak Islam.
Dalam pengertian yang integralistik, dakwah merupakan suatu proses yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju peri kehidupan yang islami. Suatu proses yang berkesinambungan adalah suatu proses yang bukan insidental atau kebetulan, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terus-menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah perilaku sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.

Visi dan Misi Dakwah
Aktivitas dakwah pada awalnya hanyalah merupakan tugas sederhana yakni kewajiban untuk menyampaikan apa yang diterima dari Rasulullah SAW., walaupun hanya satu ayat, hal ini dapat dipahami sebagaimana yang ditegaskan oleh hadis Rasulullah SAW: “Ballighu anni walau ayah”. Inilah yang membuat kegiatan atau aktivitas dakwah boleh dan harus dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam. Itu sebabnya aktivitas dakwah memang harus berangkat dari kesadaran pribadi yang dilakukan oleh orang per orang dengan kemampuan minimal dari siapa saja yang dapat melakukan dakwah tersebut.
Kegiatan itulah yang digeluti oleh para da’i dan da’iah secara tradisional secara lisan, dalam bentuk ceramah dan pengajian. Para juru dakwah ini berpindah dari satu majelis ke majelis lain, dari satu mimbar ke mimbar lain. Bila dipanggil untuk berdakwah, yang terbersit dalam benak adalah ceramah agama. Maka dakwah muncul dengan makna sempit dan terbatas, yakni hanya ceramah melalui mimbar.
Akan tetapi pada saat ini, dakwah tidak bisa lagi dilakukan secara tradisional. Dakwah sekarang sudah berkembang menjadi satu profesi dan menuntut skill, planning, dan manajemen yang handal.
Sebagai upaya dalam memberikan solusi Islam terhadap berbagai masalah kehidupan, dakwah harus memiliki visi dan misi sebagai acuan yang digunakan dalam berdakwah sehingga aktivitas dakwah tidak hanya berputar dalam pemecahan problema tanpa solusi dan tidak jelas ujung pangkal penyelesaiannya.
LDII sebagai salah satu organisasi besar yang bergerak di bidang dakwah mempunyai visi: “Menjadi organisasi dakwah Islam yang profesional dan berwawasan luas, mampu membangun potensi insani dalam mewujudkan manusia Indonesia yang melaksanakan ibadah kepada Allah, menjalankan tugas sebagai hamba Allah untuk memakmurkan bumi dan membangun masyarakat madani yang kompetitif berbasis kejujuran, amanah, hemat, dan kerja keras, rukun, kompak, dan dapat bekerjasama yang baik”.
Sejalan dengan visi organisasi tersebut, LDII mempunyai Misi: “Memberikan konstribusi nyata dalam pembangunan bangsa dan negara melalui dakwah, pengkajian, pemahaman dan penerapan ajaran Islam yang dilakukan secara menyeluruh, berkesinambungan dan terintegrasi sesuai peran, posisi, tanggung jawab profesi sebagai komponen bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)”
Untuk pencapaian Visi dan Misi tersebut ada beberapa strategi yang digunakan, yaitu:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia dan meningkatkan kualitas sumberdaya pembangunan yang memiliki etos kerja produktif dan professional, yang memiliki kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berwawasan lingkungan, dan berkemampuan manajemen.
2. Memberdayakan dan menggerakkan potensi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemampuan untuk beramal sholih melakukan pengabdian masyarakat di bidang sosial budaya, ekonomi dan politik.
3. Menumbuhkembangkan kegiatan usaha dan kegiatan kewirausahaan dalam rangka pembenahan ekonomi umat sesuai tuntutan kebutuhan, baik pada sektor formal maupun informal melalui usaha bersama dan usaha koperasi, serta bentuk badan usaha lain.
4. Mendorong pembangunan masyarakat madani [civil society] yang kompetitif, dengan tetap mengembangkan sikap persaudaraan [ukhuwwah] sesama umat manusia, komunitas muslim, serta bangsa dan negara, sikap kepekaan dan kesetiakawanan sosial, dan sikap terhadap peningkatan kesadaran hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta membangun dan memperkuat karakter bangsa.
5. Meningkatkan advokasi, penyadaran dan pemberdayaan masyarakat tentang pentingnya supremasi hukum, kewajiban asasi manusia [KAM], hak azasi manusia [HAM], dan tanggung-jawab azasi manusia [TAM] serta penanggulangan terhadap ancaman kepentinganpublik dan perusakan lingkungan
6. Meningkatkan advokasi, penyadaran dan pemberdayaan masyarakat tentang pentingnya supremasi hukum, kewajiban azasi manusia [KAM], hak azasi manusia [HAM], dan tanggung-jawab azasi manusia [TAM] serta penanggulangan terhadap ancaman kepentingan publik dan perusakan lingkungan

Peluang dan tantangan dakwah (dulu, kini, dan akan datang)
Pada masa Soekarno terjadi pertarungan ideologi yang sengit. Umat Islam menempuh jalur Parlementer dan juga Militer. Capaian tertinggi dari dakwah Parlementer ketika Orde Lama adalah ketika Mohammad Natsir menduduki kursi Perdana Menteri. Sedangkan puncak perlawanan militer ketika SM Kartosoewiryo Pemimpin DI/TII ditangkap dan dihukum mati di Pulau Onrust. Setelah itu para kiai banyak yang memilih untuk konsentrasi di pondok pesantrennya, dengan alasan mengkader. Propaganda bahwa ulama yang baik adalah yang menjauhi dunia mulai dihembuskan. Di saat yang sama, bandul pendulum ideologi lain mulai bergerak ke arah pemerintahan.
Hari-hari selanjutnya adalah epos kekalahan. Terlebih ketika Soeharto di masa Orba, menindas habis lawan-lawan politiknya. Para mubaligh Islam harus memiliki SIM (Surat Izin Mubaligh). Berkumpul lebih dari tiga orang akan ditangkap dan dikenai pasal makar. Peristiwa Tanjung Priok dan Lampung adalah sebagian dari cerita kelam itu. Umat Islam memilih tiarap. Di paruh terakhir kekuasaan Orba, fiqih dakwah yang diambil adalah fiqih dakwah Nabi Musa. Mendidik bayi-bayi kader di istana Firaun. Mendidik pelajar dan mahasiswa yang masih bau kencur politik di sekolah dan kampus-kampus milik pemerintah.
Waktu berlalu dan para bayi-bayi itu pun mulai tumbuh. Aktivis Islam kembali bersuara. Sebenarnya tak hanya milik umat Islam kebebasan itu. Semua ideologi pun berani bersuara. Pertarungan ideologi pun kembali terjadi, baik di jalan dalam pekik orasi demonstran, di Parlemen, maupun pertempuran di Ambon. Reformasi mengantarkan para bayi itu untuk menduduki kursi yang dulu diduduki oleh penguasa.
Kini setelah reformasi lebih dari satu dasawarsa, umat Islam kembali berada di persimpangan. Sebagian memakai demokrasi sebagai keadaan darurat, sebagian anti demokrasi dan sebagian lagi gamang.
Meskipun sepintas terlihat bahwa kekuasaan ada di tangan SBY. Karena memang SBY pemegang kekuasaan yang terpilih secara mutlak lewat pemilu pilpres satu putaran. Tapi, bukan berarti SBY berani menentukan segala sesuatunya seperti Soeharto dulu. Ada perbedaan yang sangat mendasar antara Masa Soeharto dengan masa pemerintahan sekarang. Perbedaan itu adalah, ketika Orba, elemen lain selain Soeharto diam, atau didiamkan paksa oleh penguasa.
Sedangkan di masa sekarang, elemen di luar SBY bergerak. Bahkan cenderung tak terkendali. Semua variabel, apakah itu kiri atau kanan semuanya bergerak. Pemerintah dalam hal ini SBY seperti tak mampu untuk mengendalikan sepenuhnya. Meski pemenang pemilu dan kekuasaan sudah dalam genggamannya. Tak berani SBY memukul variabel yang berbeda. Karena bisa menjadi blunder, menjadi pukulan balik. Maka elemen-elemen itu akan bergerak mencari keseimbangan. Situasi ini harus dibaca sebagai peluang oleh aktivis dakwah. Aktivis dakwah harus berani mengambil kesempatan ini masuk kedalam gelanggang untuk bertarung dengan elemen lain. Saling menyodorkan program. Saling beradu konsep. Dengan keyakinan Islam “ya’lu wala yu’la alaih”. Bahwa Islam itu tinggi dan tak ada yang lebih tinggi dari Islam.
Di tengah politik Indonesia yang masih labil ini umat Islam harus menampakkan kesholehannya. Sehingga Islam menjadi rahmatan lil’alamin. Indonesia sebagai negara agraris yang berada dalam rumpun melayu mempunyai modal untuk memimpin peradaban. Karena peradaban lain, seperti Arab, Eropa, dan Amerika, Romawi, Persia dan Tartar sudah pernah memimpin. Orang Melayu memiliki modal itu. Selain Melayu identik dengan Islam. Melayu memiliki sifat-sifat positif yang mendukung, ramah-tamah, dan kreatif.

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kapasitasnya sebagai muslim sekaligus warga Negara yang baik maka haruslah memberikan konstribusi nyata dalam pembangunan bangsa dan negara melalui dakwah, pengkajian, pemahaman dan penerapan ajaran Islam yang dilakukan secara menyeluruh, berkesinambungan dan terintegrasi sesuai peran, posisi, tanggung jawab profesi sebagai komponen bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Walaupun Indonesia bukanlah Negara muslim, yang dalam artian tidak bisa menerapkan hukum Islam dalam menyelesaikan suatu masalah dan harus menaati hukum atau undang-undang yang berlaku. Akan tetapi dalam kapasitasnya sebagai warga Negara dan Muslim yang baik, maka seorang muslim haruslah menjalankan kewajibannya untuk berdakwah baik menggunakan dakwah fardiyah, dakwah ammah, dakwah bil lisan, dakwah bil-haal, dakwah bit Tadwin maupun dakwah bil Hikmah. Sebab, yang terpenting dalam tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah.

ditulis oleh: Ahmad Muflihin sebagai tugas mata kuliah Fiqh Dakwah di Ponpes UII

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Suparta Munzier, dkk., Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Abdul Aziz, Amin., Fiqh Dakwah, Solo: Era Inter Media, 2000.
Abu, Zahrah., Dakwah Islamiah, Bandung: Rosda Karya, 1994.

Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah Akses pada tgl 04 Maret 2010, pukul 03.30 WIB
http://ldii.info/visi-dan-misi-ldii.html Akses pada tgl 04 Maret 2010, pukul 03.45 WIB

You Might Also Like